24 Sept 2008

Status Gizi Balita Vegetarian dan Non Vegetarian

oleh Drs Susianto Tseng MKM
Batita merupakan salah satu kelompok yang rawan kekurangan gizi sehingga banyak orang khawatir kalau anak menjadi vegetarian akan menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Apakah benar kekhawatiran tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka penulis memberikan sebagian data hasil penelitian tesis yang sudah penulis lakukan di program pascasarjana gizi kesmas fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia dengan judul: ”Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi (IMT/U) pada balita vegetarian lakto ovo dan non vegetarian di DKI Jakarta Tahun 2008”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita vegetarian dan non vegetarian serta faktor-faktor yang berhubungan, yaitu asupan energi dan protein, pola diet (vegetarian, non vegetarian), penyakit infeksi, jenis kelamin dan umur balita, pola asuh, pemberian ASI, anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan anaknya, pemanfaatan pelayanan kesehatan, status gizi (IMT) ibu, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga dan jumlah balita.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan sumber data primer dan jumlah sampel 148 balita (75 vegetarian, 73 non vegetarian) yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada balita vegetarian yang menderita gizi kurang apalagi gizi buruk. Sebaliknya malah terdapat balita vegetarian yang kelebihan gizi/berat badan. Prevalensi obesitas balita vegetarian sebesar 5,3% dan balita non vegetarian 12,3%. Terdapat 13,3% balita vegetarian dan 8,2% balita non vegetarian yang gemuk, 56% balita vegetarian dan 57,5% non vegetarian berstatus gizi normal, namun terdapat 25,3% balita vegetarian dan 21,9% balita non vegetarian berisiko gemuk (Tabel 1).

Hasil uji T independen untuk beda dua mean Z skor menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi (IMT/U) balita vegetarian lakto ovo dengan balita non vegetarian (p>0,05) berdasarkan semua indeks antropometri menurut standar baku WHO 2005, yaitu BB/U (Berat Badan menurut Umur), TB/U (Tinggi Badan menurut Umur), BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) dan IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Hasil uji statistik multivariat regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi (IMT/U) adalah penghasilan keluarga dan umur balita pada balita vegetarian lakto ovo setelah dikontrol dengan pemberian ASI, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu sebagai konfounder. Penghasilan keluarga merupakan faktor yang paling dominan hubungannya dengan status gizi (IMT/U) pada balita vegetarian. Sedangkan faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi (IMT/U) pada balita non vegetarian adalah penyakit infeksi dan status gizi (IMT) ibu setelah dikontrol dengan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan ibu mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan anaknya sebagai konfounder. Penyakit infeksi merupakan faktor yang paling dominan hubungannya dengan status gizi (IMT/U) pada balita non vegetarian.

Obesitas dan kelebihan berat badan yang dialami oleh balita vegetarian dan non vegetarian dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh kelebihan asupan energi daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan energi oleh tubuh akan diubah menjadi lemak yang akan disimpan sebagai jaringan lemak di bawah kulit dan pada organ-organ lain. Kelebihan energi dapat terjadi sebagai akibat dari asupan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang (aktivitas fisik kurang) atau kombinasi dari keduanya.

Obesitas pada anak perlu diwaspadai, karena jika berlanjut hingga dewasa biasanya lebih sulit diatasi, mungkin karena faktor penyebab yang sudah menahun dan sel-sel lemak yang sudah bertambah banyak dan bertambah besar ukurannya. Obesitas membahayakan kesehatan karena dapat mempermudah terjadinya penyakit-penyakit lain dan mempersulit penyembuhan beberapa penyakit seperti artritis, hipertensi, diabetes melitus, dan lain-lain. Untuk itu, balita yang menderita obesitas perlu dimotivasi untuk melakukan aktifitas fisik (olahraga) yang teratur. Diet yang dilakukan hendaknya mencukupi zat gizi, kecuali kalori memang perlu dikurangi untuk menurunkan berat badan, tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas dan pertumbuhan balita.

Mengingat sudah terdapat balita vegetarian maupun non vegetarian yang menderita obesitas, maka penyuluhan tentang bahaya obesitas dan pengetahuan gizi perlu dilakukan kepada para ibu balita baik oleh IVS (Indonesia Vegetarian Society) atau instansi pemerintah seperti Departemen Kesehatan atau institusi seperti perguruan tinggi.
Tabel 1
Distribusi Balita Vegetarian dan Non Vegetarian Menurut Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U
di DKI Jakarta Tahun 2008


Tabel 2
Uji Beda Mean Z skor Balita Vegetarian Dengan Non Vegetarian Menurut Indeks BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U di DKI Jakarta Tahun 2008


Drs. Susianto, MKM
Ketua Operasional Indonesia Vegetarian Society
Sekjen Asian Vegetarian Union
Koordinator International Vegetarian Union – Asia Pasifik

No comments:

Post a Comment

Ingin mendapatkan pemberitahuan update artikel dari New Vegetarian Planet langsung ke alamat Email Anda? Silahkan masukkan email Anda di bawah ini, setelah itu masuk ke inbox email Anda untuk mengaktifkan email dari FeedBurner:

Delivered by FeedBurner

From Me

New Vegetarian Planet is dedicated to promote understanding and respect for vegetarian lifestyles either from aspecs of spiritual, ethics, health, environment et cetera. May be copied only for personal use or by not-for-profit organizations. All copied and reprinted material written by me must contain weblog link http://www.newvegeplanet.blogspot.com
Finally, I hope more people will understand the reasons for choosing a vegetarian way of life. Come on to hold hands, we struggle for the safety of humans, animals, and this beloved earth through vegetarianism.
Best regards Liliyana Waty